Berada di lingkungan perguruan tinggi, membuat saya menjadi mengerti beberapa istilah baru. mungkin yang baru-baru ini hangat dibicarakan yaitu tentang moratorium perguruan tinggi. awalnya baru denger kata moratorium aja udah ga ngerti. alhasil di suruh cari-cari di internet sama ayah dan berikut penjelasannya mengenai moratorium.
“Dirjen DIKTI merilis Surat Edaran Nomor 1061/E/T/2012 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Pendirian atau Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi, serta Pembukaan Program Studi. Alasan dikeluarkannya SE tersebut pada tanggal 9 Agustus 2012 bukan karena jumlah kampus sudah jenuh, atau karena mutunya dipertanyakan. Moratorium tersebut dikarenakan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU DIKTI).”
Saat ini, sesuai data Kemdikbud per 1 Agustus 2012, jumlah perguruan tinggi adalah 3.216 institusi. Dari data itu, sebanyak 92 perguruan tinggi berstatus negeri dan 3.124 lainnya berstatus swasta. Sedangkan total program studi saat ini ada 16.755 program. Rincian prodi antara lain, kependidikan sebanyak 2.877, ekonomi dan teknik berjumlah sama yakni 2.650, kesehatan ada 2.086, komputer sejumlah 1.543, sosial ada 1.348, dan pertanian 1.185 program.
sumber : dikti
Jadi PERLUKAH moratorium?
Begitu banyaknya perguruan tinggi membuat pemerintah kurang bisa mengontrol dengan baik. bayangkan saja seluruh indonesia memiliki 3.116 perguruan tinggi baik swasta dan negeri. bagaimana dengan program studinya. tentunya bisa lebih dari 20.000. hal ini dapat mengakibatkan adanya lulusan yang kurang baik. lulusan yang hanya mementingkan ijazah tanpa adanya kualitas. Saat ini ada puluhan ribu pengangguran sarjana di Indonesia yang tidak mampu mengolah diri untuk menjadi mandiri. Tentu ini akan berpengaruh terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Dengan adanya moratorium sementara sampai 2 tahun ke depan, saya berharap pemerintah dapat melakukan evaluasi terhadap PT sehingga dapat meningkatkan mutu seluruh prodi di Indonesia.
Fighting Pendidikan indonesia..
thank you for reading my blog..
Lets weblog-ing with me ~~
Kamsahamnida
Dhiekalantana